SUMBAWA- Salah satu persoalan yang menjadi atensi Penjabat sementara (Pjs) Bupati Sumbawa, Ir. Zainal Abidin, M.Si dari hasil turun lapangan beberapa pekan terakhir adalah mengenai kondisi air permukaan yang mulai berkurang.
Katanya, kondisi ini diindikasikan karena terjadinya kerusakan hutan. Sehingga diperlukan upaya bersama untuk melakukan perbaikan daerah hulu. Dan hal ini sedang dibuatkan konsep dengan Bappeda untuk gerakan bersama.
Ia menilai, keterlibatan semua pihak untuk penanganan sangat penting. Sehingga diperlukan kerja sama mulai dari tingkat bawah hingga pusat. Karena masalah lingkungan bukan tanggung jawab satu atau dua instansi. Namun tanggung jawab bersama dari lini paling bawah kepala desa sampai ke pusat.
“Dari pengamatan di beberapa tempat, seperti di Semongkat hingga Batu Dulang, sekitar sepuluh tahun lalu masih ditemukan rembesan air di pinggir jalan. Tetapi kondisi sekarang sudah kering. Artinya daerah hulu kondisinya sudah kritis. Apalagi dengan jumlah sumur penduduk yang sudah mengering, itu ada indikasi karena kerusakan hutan. Sangat berkorelasi antara kerusakan hutan dengan gerakan muka air tanah,” ungkapnya.
Dulu katanya, ia memiliki data tentang muka air tanah. Karena pada saat itu ia juga turut melakukan survei. Ada beberapa sumur yang dulu airnya banyak, sekarang kering. Lalu ada yang masih berair, cuma tinggal sedikit. Indikasinya itu kerusakan hutan. Karena hutan itu sifatnya menahan lajunya air. Memang ada beberapa tempat yang masih bagus kondisi airnya, tetapi di tempat lain sudah kritis. Contoh di Alas, Mapin Kebak, tidak ada cerita tidak ada air. Ternyata air sumur tidak ada saat ini.
Dikatakan, untuk melakukan penanganan tidaklah terlambat. Untuk penanganan jangka pendek, menurutnya, pembalakan liar ini harus segera ditindak. Peran masyarakat juga diperlukan sebagai lini terdepan karena mereka yang merasakan dampak dari kerusakan.
Jika tidak ditreatment sekarang, maka bisa dibuktikan lima tahun ke depan. Itu sawah irigasi teknis sebagian besar akan menjadi sawah tadah hujan sekalipun ada damnya. Karena irigasi teknis sama bendungan andalannya di musim tanam kedua. Kalau bendungan sudah tidak menyimpan air kan sama dengan irigasi sawah tadah hujan.
“Dari kondisi yang ada, makanya sekarang di Bappeda sedang mengumpulkan data tingkat kerusakan hutan. Dibandingkan citra satelit tahun 2008, 2013 dan 2020. Dengang data yang ada, akan memudahkan untuk mengontrol kerusakan hutan. Sebenarnya kalau kita mau data kita lengkap dari 2008 kita ambil, sampai 2020. Pertahun ada data series kita, itu sebenarnya. Kalau kita punya data seperti ini gampang kita kontrol kerusakan,” demikian Pjs.(en)