Masalah-masalah yang Dihadapi Pada Proses Belajar di Rumah

0
123
Facebook
Twitter
Pinterest
WhatsApp
Oleh: Nani Agustina

Dampak pandemi juga berpengaruh ke dunia pendidikan di Indonesia. Untuk mencegah penularan COVID-19 maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menerbitkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Salah satu pokok penting adalah terkait belajar dari rumah.

Adapun aktivitas dan tugas pembelajaran dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk dalam hal kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah (SE Mendikbud NO 4 Tahun 2020: 2020).Pendidikan Anak Sekolah Usia Dini (PAUD) juga harus menyesuaikan dirinya dalam menghadapi perubahan tatanan dalam proses belajar mengajar. Yang sebelumnya antar guru dan murid bisa kontak langsung dan berinteraksi, sekarang harus melakukan proses belajar jarak jauh dengan menggunakan fasilitas teknologi informasi yang tersedia.

Ini merupakan tantangan baru baik bagi guru PAUD maupun bagi siswa dalam hal ini orang tua siswa agar proses pendidikan tetap berjalan sesuai dengan kurikulum dan tujuan dari pendidikan.Masalah bagi anak dan orang tua Dengan kebijaksanaan untuk belajar di rumah menyebabkan para orang tua juga harus menyesuaikan dengan metode yang baru tersebut. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran di rumah dengan metode daring tidaklah mudah. Faktor kurangnya semangat anak dan kurangnya kemampuan orang tua dalam mendampingi anak menjadi tantangan dalam penerapan metode pembiasaan. Tidak semua orang tua bisa menggunakan aplikasi pembelajaran yang baru, dan juga tidak banyak orang tua yang menggantikan sebagai guru di rumah.

Orang tua sering tidak sabar dan tidak telaten dalam menghadapi anaknya di rumah yang kadang malah sering dibentak-bentak atau dimarahi yang dapat menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak. Dengan situasi dan kondisi yang tidak kondusif tersebut membuat anak menjadi jenuh di rumah karena tidak bisa ketemu dengan teman-teman di sekolah seperti biasanya, dan kurangnya motivasi untuk belajar. Pembelajaran di rumah sering monoton, karena biasanya di sekolah guru menyampaikan pembelajaran diselingi nyanyi, tepuk tangan, cerita dan dongeng serta kreatifitas lainnya. Emosi anak yang belum stabil dan belum bisa mengontrol dirinya dengan baik serta kemampuan konunikasi yang terbatas sehingga sulit menyampaikan apa yang dia rasakan.

Pengaruh negatif dengan melakukan pembelajaran lewat jaringan internet Tantangan lain dalam proses pembelajaran di rumah adalah pengaruh dari penggunaan jaringan internet. Karena anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu online, mereka dapat terkena lebih banyak iklan yang dapat mempromosikan makanan tidak sehat, materi yang tidak sesuai usia. Dengan adanya konten-konten yang tidak sesuai atau adanya bullying yang justru akan menimbulkan masalah baru bagi anak.

Maka peran orang tua sangatlah penting untuk mendampingi ketika menggunakan perangkat internet atau pembelajaran online. c. Peramasalahan yang dihadapi guru Dengan metode pmbelajaran yang baru dan terkesan mendadak menimbulkan masalah bagi guru untuk menyesuiakannya, baik dari segi kurikulum sehingga harus menyusun kurikulum yang sesuai dengan kondisi pandemi, juga penggunaan metode pembelajaran daring yang belum tentu dikuasai oleh para guru. Belum lagi mengenai biaya “kuota” internet yang harus dikeluarkan oleh guru, apakah atas biaya sendiri atau biaya oleh institusi tempat mengajar.

Kalau biaya dibebankan ke guru tentu akan memberatkan bagi yang bersangkutan. Proses pembelajaran melalui platform internet baik lewat whatsApp, zoom meeting atau dengan cara lainnya tentu tidak akan maksimal dalam memberi materi belajar jika dibanding tatap muka langsung di sekolah. Guru juga tidak bisa memantau langsung aktifitas anak seperti saat waktu di sekolah. Pembelajaran online kadang terkendala masalah sinyal yang kadang tidak stabil sehingga mengganggu proses pengajaran.

Masalah kesehatan Dengan adanya pandemi COVID-19 sehinga ditutupnya sekolah di hampir seluruh negara di dunia termasuk Indonesia, telah menyebabkna gangguan pada rutinitas sehari-hari. Dengan penutupan sekolah tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi kesehatan mental bagi siswa karena kurangnya akses sumber daya yang biasanya mereka miliki melalui sekolah. Rutinitas sekolah adalah mekanisme yang penting bagi anak-anak dan kaum muda dengan masalah kesehatan mental. Ketika sekolah ditutup, mereka seperti kehilangan arah dalam kehidupan.

Berangkat ke sekolah merupakan kesenangan tersendiri yang bisa membahagiakan bagi anak. Menurut penelitian seorang psikolog klinis di Hongkong, Zanonia Chiu, dimana setelah sekolah ditutup sejak 3 Febrauari 2020 beberapa orang mengunci diri di dalam kamar mereka selama berminggu-minggu, menolak untuk mandi, makan, atau meninggalkan tempat tidur mereka. Untuk beberapa anak dengan depresi, dan akan menghadapi kesulitan yang cukup besar untuk menyesuaikan kembali ke kehidupan normal ketika sekolah dilanjutkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here