Pendidikan adalah hal yang sangat dianggap penting di dunia, karena dunia butuh orang-orang yang berpendidikan agar dapat membangun Indonesia yang maju.
Tapi selain itu karakter pun sangat diutamakan karena orang-orang pada zaman ini tidak hanya melihat pada betapa tinggi pendidikan ataupun gelar yang telah ia raih, melainkan juga pada karakter dari pribadi dari setiap orang.
Ini adalah tujuan ideal dari pendidikan. Tetapi sejak awal tahun 2019, pandemic Covid 19 melanda dunia, semua aspek kehidupan hampir terhenti berputar, ekonomi, sosial budaya, kesehatan dan pendidikanpun terkena dampaknya. Pendidikan di sekolah diliburkan, peserta didik, mahasiswa melakukan aktivitas belajar di rumah. Disinilah muncul istilah BDR daring (dalam jaringan) atau BDR luring (luar jaringan).
Pembelajaran BDR (Belajar Di Rumah) secara daring atau luring sebagai pilihan utama dalam kondisi pencegahan penyebaran covid 19 memberi warna khusus pada masa perjuangan melawan virus di Indonesia. Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi langsung antar unsur (pendidik dan tenaga kependidikan dan peserta didik) beralih menjadi pembelajaran interaksi tidak langsung karena sistem daring atau luring.
Dan pembelajaran BDR daringlah yang banyak dilakukan di sekolah menengah pertama di Kabupaten Sumbawa. Sekolah penulis salah satunya SMPN 1 Sumbawa. Pembelajaran daring inilah yang penulis katakan pembelajaran komputasi awan.
Komputasi awan (bahasa Inggris: cloud computing) adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer (‘komputasi’) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’). Awan (cloud) adalah metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Berbagai konsekuensi BDR yang ditimbulkan ini sangat berpengaruh pada masa adaptasi proses BDR akibat perubahan mekanisme dan sistem pembelajaran. Ada yang memakai aplikasi Google Classroom, WAG kelas, Google drive, yang semuanya memerlukan jaringan internet. Seperti gambar 1 berikut ini gambar 1. Komputasi Awan
Pembelajaran komputasi awan ini, tidak semua individu guru dan peserta didik memiliki kebiasaan bekerja dan belajar berbasis IT, namun kondisi ini membuat mereka bisa lebih terbiasa dan terampil menyelesaikan pembelajaran dengan IT. Betapa tidak, dibenturkan pada kondisi yang memaksa dan mengharuskan mereka menjadi mahir secara instan, menunjukkan hasil peningkatan kreativitas dan kompetensi dalam pelaksanaan pembelajaran komputasi awan.
Pada masa pembelajaran komputasi awan ini berlangsung, sebagai guru kita wajib menerapkan penilaian di dalam kurikulum 2013, ada 3 penilaian yang harus kita lakukan pada peserta didik yaitu penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam penilaian sikap penulis mencoba menerapkan profil pelajar pancasila. Apa itu profil pelajar pancasila? Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
gambar 2. Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila ini terdiri dari
1).Beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia yang terdiri dari lima elemen yaitu akhlak beragama, peran guru mengingatkan kewajiban menjalankan peserta didik menjalankan ibadahnya sesuai dengan agamanya masing-masing. Akhlak pribadi, peran guru menghimbau untuk selalu berdoa sebelum belajar daring. Akhlak kepada manusia, peran guru mengajak peserta didik untuk selalu mencintai, menghargai perbedaan suku, ras, agama dari teman-teman kelas dan juga masyarakat di sekitar.
Akhlak kepada alam, peran guru mengajak peserta didik untuk bersih-bersih lingkungan, menyiram tanaman yang ada disekitar rumah dan akhlak bernegara peran guru selalu memberikan dorongan untuk selalu mencintai tanah air dengan semangat belajar sehingga bisa berpartisipasi dalam pembangunan.
2). Berkebhinekaan global, artinya pelajar Indonesia walaupun bersaing hingga taraf internasional tetapi juga harus mengimplementasikan budaya luhur bangsa dan nilai-nilai yang menjadi pedoman bangsa. Semaju apapun hidup peserta didik, selalu ingat jika bangsa kita ini memiliki karagaman adat istiadat dan kepercayaan, jadi harus tetap pegang teguh kebhinekaan kita.
3). Bergotong royong adalah adalah salah satu fokus profil pelajar pancasila selanjutnya, Gotong royong merupakan budaya Indonesia dari zaman dahulu. Dalam hal ini diharapkan pelajar Indonesia memegang sifat gotong royong dalam dirinya, karena dengan gotong royong maka kita bisa menyelesaikan masalah sebagai peserta didik, gotong royong ini bisa dilakukan dengan bergotong royong membersihkan rumah, kolaborasi dalam tim belajar, kerjasana iuran untuk membayar wifi selama sekolah daring dengan teman-teman terdekat sehingga proses pembelajaran komputasi awan terlaksana dengan baik.
Selanjutnya adalah
4). Mandiri, peran guru memberikan penguatan pada peserta didik melalui WA group kelas pembelajaran komputasi awan dengan berkata “menumbuhkan rasa mandiri untuk tetap percaya kepada diri kita bahwa kita mampu untuk melakukannya terlebih dahulu, apabila mendapati kendala kita dapat meminta tolong kepada orang lain. Misalnya saja saat peserta didik tidak paham aplikasi Google Classroom yang dipakai dalam pembelajaran komputasi awan, peserta didik bisa bertanya pada guru atau browsing di Google, disitulah peserta didik dikatakan mandiri. Selanjutnya 5). Bernalar kritis. Guru menyampaiakan ciri pelajar pancasila yang diharapkan adalah kemampuan untuk selalu kritis dalam menghadapi keterbukaan informasi yang cepat yang keabsahannya dipertanyakan. Seperti tidak cepat mempercayai suatu berita di media sosial sebelum peserta didik cek ricek dulu siapa yang mempostingnya. Jangan melihat informasi dari judul, tapi bacalah dulu barulah dishere di media sosial peserta didik. Apabila tidak berpikir kritis, informasi yang tidak benar bisa menjadi boomerang untuk peserta didik sendiri.
Terakhir
6). Kreatif, dalam menjawab tantangan cepatnya perkembangan zaman kita harus kreatif. Dengan kreatif kita tidak hanya akan menjadi pengikut yang pasif tetapi kita juga bisa menjadi pelajar yang aktif dalam menciptakan inovasi-inovasi yang baru. Seperti banyak peserta didik yang menjadi penjual online, sudah mampu kreatif dalam memanfaatkan situasi covid dimana orang cenderung lebih suka belanja online dan kesempatan itu digunakan oleh para pelajar untuk bisa menghasilkan uang saku sendiri dengan memakai akun medsosnya untuk ngelapak di marketplace (istilah sekarang). Dan juga memilih aplikasi dalam proses BDR termasuk cara kreatif juga.
Pembelajaran komputasi awan ini memberikan proses pembelajaran yang menyenangkan pada peserta didik, selain memberikan pengetahuan, pemberian penilaian sikap juga sangat mudah kita lakukan, dengan memberikan kepada peserta didik berbagai video apersepsi sebelum melangkah kepada materi pelajaran melalui aplikasi WAG kelas, penulis sering memanfaatkan WAG kelas karena di WAG kelas itu selain peserta didik, terdapat juga orang tua wali murid juga sebagai anggota. Sehingga secara tidak langsung bisa berkolaborasi antara guru, peserta didik dan orang tua peserta didik dalam mewujudkan nilai-nilai pancasila seperti membiasakan peserta didik memahami dan menjalankan ajaran agamanya dengan berdoa sebelum belajar, meghargai dan bersifat terbuka dalam berinterkasi sosial tanpa meninggalkan identitas diri, saling berkerjasama dengan sukarela, bertanggungjawab atas proses dan hasil belajarnya, berpikiran atau bernalar kritis dan menjadi pribadi kreatif yang dapat mengelola waktu dalam pembelajaran komputasi awan ini, karena tidak baik juga jika peserta didik berlama-lama belajar di depan HP atau komputernya terkait dengan syaraf dan mata. Untuk itulah perlunya kolaborasi guru dengan orang tua dalam memantau proses pembelajaran peserta didik.
Keberadaan pembelajaran komputasi awan dalam mewujudakan Pelajar Pancasila ini diharapkan berjalan dengan lancar dan terealisasi dengan baik sehingga menjadikan pelajar-pelajar Indonesia memiliki kualitas yang dapat bersaing secara nasional maupun global. Menjadikan pelajar Indonesia dapat menjawab tantangan di zaman mereka nanti. Tentu untuk tercapainya cita-cita tersebut harus ada kerjasama juga dari pihak pelajar. Pelajar Indonesia harus punya motivasi tinggi untuk maju dan berkembang menjadi pelajar yang berkualitas internasional dengan karakter nilai kebudayaan lokal.
Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/edu/read/2020/09/09/172901271/begini-cara-kenalkan-pancasila-kepada-pelajar-milenial?page=all.
https://pelajarancg.blogspot.com/2020/11/profil-dan-pengertian-pelajar-pancasila.html
JOISIE Journal Of Information System And Informatics Engineering Vol. 4, No.1 Juni 2020, Hlm 56-61
Muatan nilai-nilai pancasila dalam RPJNM dan Renstra Kemdikbud-SAMSURI
Seminar Nasional Inovasi dan Teknologi (SNIT) 2011. Penerapan komputasi awan dalam dunia pendidikan-sebuah pendekatan teoritis
